A di I

"Jangan percaya kata2 para penyair itu!"
"Kenapa?" ucap seorang anak perempuan yang dengan refleknya bertanya. Bukan karena dia berpikir 'Apa salahnya seorang penyair?' tapi karena kodratnya untuk selalu bertanya 'Kenapa' lah.

Penyiar itu tersenyum kecut, penyiar radio abal itu menarik nafas sebelum menjawab penuh hasrat karena dia tidak bisa meluapkan semua isi pikirannya kepada orang banyak.
"Karena mereka memiliki pikiran rahasia, terlalu misterius dan idealis. Bayangkan banyaknya filosofi yang dia terapkan dalam kehidupan nyata mengalahkan semua ajaran dewa." tarikan nafasnya begitu mantap untuk melanjutkan lagi buah pikirnya tentang si penyair.

"Coba bayangkan, apa yang dia ucapkan bisa saja ada sebuah balasan lain dari dalam dirinya sendiri. Atau bahkan bisa saja mereka menghilang karena.... mereka senang untuk melanjutkan kembali cerita mereka. Mereka terlalu rumit, mereka terlalu misterius," lalu pikirannya seketika hening. Pemilik rupa sang penyair yang dia maksud seketika merasukinya. Lalu satu tetes air mata mencuat di pelupuk mata. Langsung jatuh pada celana jeans hitamnya yang sobek.

"tunggu sebentar ya, aku harus siaran dulu.  Mamih kamu seudah break ini selesai kok". Anak perempuan itu tidak peduli malahan dia sibuk membangun sebuah bentuk dari beberapa keping lego.
Sang penyiar radio abal itu pun masuk dan kembali pada dunianya. Wajahnya begitu segar, nadanya begitu ceria ketika menyambut semua orang di antah berantah yang sedang di kejar waktu dalam ruang mobil, tawanya menggelegar ketika membaca beberapa pesan yang masuk.

Dan anak perempuan itu memperhatikan gerak-gerik si penyiar "Cih, bukannya penyiar yang seharusnya tidak di percaya? Mereka punya seribu wajah!"

Komentar

Postingan Populer