Jelas Manusia
Aku terus menarik rambutku. kencang, sekencang-kencangnya.
Aku terus meraung, menangis sebisaku.
Isi kepala terus memainkan skenario buruk tentang kejadian lampau yang diikuti cemoohan diri
"Harusnya tidak seperti itu! Gak bisa kan sekarang diulang lagi?! Bodoh!"
Setiap kali memori buruk itu datang, lagi-lagi aku terjatuh dari kasurku dan hilanglah kesadaranku.
Aku terus menggigit bibir bawahku, kencang, hingga terluka.
Aku terus memejamkan mata, rapat-rapat ku pejamkan, takut melihat realita.
Isi kepala terus berteriak membuatku gaduh sendiri
"Salah! itu salah! malu dong! Masa gitu aja bisa salah!"
Setiap kali suara itu muncul, lagi-lagi aku terjatuh dari kasurku dan hilanglah kesadaranku.
Aku berpikir terlalu banyak cacatku
Di kanan, di kiri, di atas, di bawah, di luar, di dalam.
Kelak siapa yang mau menerima pecahku?
Aku terlalu sibuk tentang "bagaimana mata lainnya memandangku nanti"
Hingga aku lupa jika aku pun belum saja menerimaku
Lalu mengapa berharap orang lain bisa?
Aku sibuk untuk menjadi tanpa celah
Padahal itu yang akan membuatku terbelah
Lelah
Hingga suatu hari aku terbangun, aku tidak lagi tersungkur di lantai kamarku
Ruang penuh kaca dengan jalan berkelok-kelok seperti labirin
Kebingungan dan ketakutanku akan menghadapi diri sendiri
Akhirnya pecah
Ketika sebuah suara tiba-tiba saja menggema, dia berkata
"Wajar sekali takut karena manusia. Yang menjadikan kamu manusia adalah mempunyai kesalahan. Yang menjadikan manusia terus melangkah adalah memori."
Dan aku terdiam.
Lepas dari suara itu hilang, untuk pertama kalinya ku beranikan diri melihat cermin yang mengelilingi tubuhku dan ku lihat manik mata bayanganku "Jelas aku ini manusia."
Komentar
Posting Komentar