Sebatang dan Janji


Kamu bertopang di kaki kiri, tanganmu merogoh jaket jeans tua usang yang menyimpan sebatang kenikmatan dunia bagimu. rokok.
Pematik itu tak lagi berfungsi ketika kamu mencoba menyalakannya. sudah terlampau sering pematik tua itu kau gunakan untuk sebatang rokok-kenikmatan-dunia-bagimu.
Aku berjalan dengan gontai melihatmu terus menghisap zat nikotin atau apalah itu, kamu tersenyum. dengan segera kamu menjatuhkan kesayanganmu itu, lalu menciumku. itu bukan rasamu. pikirku.

Kamu memejamkan mata menahan rasa nyeri di lengan kirimu. sebuah jarum sedang menusuk-nusuk di bagian pergelangan tanganmu, sebuah karya dari seorang pe-tatto-bar yang tak lain adalah kakakmu. Dengan hati-hati kamu membuka mata, melihat hasil karya kakakmu itu, lalu sebuah senyuman lebar mengembang di bibir hitam nan manis itu. "Ini kamu." kata mu saat menunjukan pergelangan tangan kirimu yang sedikit bengkak. Bukan sebuah nama, 

hanya sebuah simbol "p.m" 

"Lihat langit malam. Anginnya yang sejuk akan memberitahumu dimana bintang kita."


Entah harus senang atau kecewa karna aku adalah alasan kau merusak badanmu. 

Tapi, aku cukup senang. karna kemanapun kamu pergi selalu ada "Kita" yang bisa kamu ingat.

Alat-alat kejam itu cukup membuatmu terlihat buruk. sungguh! 
Ibu mu terus menangis di pundakku, melihat badan mu di penuhi selang disana-sini. kamu tertidur lemah. 

Sengaja ku gunakan gaun terbaikku, gaun pemberianmu saat ulang tahunku saat berkunjung ke rumah sakit. tapi tak ada kamu disitu, di ranjang kejammu. 
Hanya seorang perawat dengan tergopoh-gopoh memberikan sebuah jaket jeans usang milikmu. 

"Pasien sudah di bawa ke Singapur untuk operasi jantung yang  kedua kalinya, kali ini pemasangan ring dalam pembuluhnya. Doakan saja agar dia cepat sembuh dan kembali ke Jakarta." jelas perawat itu dengan santun. 

Ah! pecah sudah pertahananku untuk tidak menangis.
aku tidak bisa terus terusan menahan tangisku. aku ingkar akan janjiku. 

sudah berbulan-bulan aku tidak melihat ranjang kejammu memasangkan alat-alat yang berbunyi nyaring. sudah berbulan-bulan juga kamu tidak  menciumku dengan aroma asap rokok yang seperti bukan dirimu itu. 

sudah berbulan-bulan

dan kamu ingkar..

kamu tidak kembali ke Jakarta.

Komentar

Postingan Populer