Melantur

Dia meneguk minuman di gelasnya, seleranya seperti kebanyakan orang tapi apa yang di ucapkannya sebagai orang yang teler bukan seperti orang teler pada kebanyakannya.
Dia meracau tentang kegelisahannya, banyak yang dia ungkapkan sambil sesekali mengisap rokoknya dan menekan beberapa tuts harmonis. aku memperhatikannya sambil duduk di sofa.
Meski terganggu akan asapnya, aku tetap tidak bergerak dari sini.

"Kamu tahu? semua orang bodoh! seperti keledai!" ucapmu, menghembuskan asap itu dan menekan tutsnya kembali. aku mengangkat bokongku, bergerak ke meja di balik tembok untuk mengisi air hangat, ya teh ku. ini cangkir ketiga. "Kenapa?" tanyaku, menuangkan airnya pada cangkir keramik putih.

Dia tidak menjawab, dia malah bernyanyi. aku kembali duduk di sofa membenahi punggungku untuk kembali menyimak pembicaraan ini.dia terus benyanyi. Sesekali mengusap air matanya. Kenapa?

Dia mengangkat tangannya seolah mengintrupsikan untuk aku diam saja di sini. tidak perlu mendekat dan memeluknya.
Aku menyenderkan kembali punggungku. Ia bernyanyi.

"Semua orang bodoh, aku bodoh. kamu bodoh. semuanya bodoh."
"Sherlock pun?"
Dia berpikir sebentar lalu mengangguk "Dia pernah jatuh cinta. jadi ku pikir dia juga bodoh"

Alunan dari pianonya berhenti.
Dia tertunduk sejenak, lalu dengan kaki yang di seret dia berjalan ke arah sofa.

"Semua orang bodoh," ucapnya dalam.
Aku tidak berani berkata-kata. hanya dahi yang mengkerut.

"Well, semua orang jatuh cinta lalu tahu mereka akan patah hati dan sakit lalu mereka ulang kembali rasa sakit itu. bukan kah bodoh?" tanyanya sambil mengusap pipiku. tangannya terasa dingin. dingin sekali.
dan mataku terasa panas.

Dia mengecupku sekali. Aku tidak memejamkan mataku. Tampangnya sangat bersalah.

Komentar

Postingan Populer