Street
Lalu kenapa seketika jalan ini seperti jalanan yang....... berarti? mungkin.
Lalu kenapa seketika jalan ini seperti tombol yang akan dengan otomatisnya mengingatkanku akan masa lalu? oh sebentar, apakah kejadian setahun silam bisa di sebut masa lalu? masa lalu terkesan begitu lampau. terkesan seperti kejadian yang mungkin hanya teringat sedikit ketika kita akan menceritakannya kepada orang lain. Masa lalu tidak begitu pas untuk mendeskripsikan kamu.
"Apa salahnya kita jalan kaki? toh lebih enak jalan kaki. lebih menikmati pemandangan." katamu sambil menyeruput ice coffe yang kamu beli di kedai kopi. "Pemandangan? yang kita lihat hanya deretan gedung. itu bukan sebuah pemandangan yang bagus, bodoh!" timpalku dengan masa bodoh. kamu hanya cekikikan memamerkan deretan gigi putih dan rapi.
Ya, hanya itu menurutku yang begitu lampau di pikiranku tentang kamu dan jalanan ini.
Sore itu, gerimis sedang membasahi kota. Yang aku herankan adalah, dalam keadaan seperti ini pun kamu lebih memilih berjalan kaki di bandingkan dengan menaiki kendaran. dengan sigap, kamu berdiri di sebelahku dan membuka payung berwarna biru tua. "Kendaraan paling aman dan nyaman." sahutmu dengan senyum yang mengembang. apakah sebuah payung bisa di bilang kendaraan? nyaman?
"Kalo kita naik mobil, kamu gak akan dapet fasilitas senyaman ini." katamu sambil terus berjalan memayungiku. "Kalo kita naik mobil, mungkin tangan kamu gak akan melingkar di tanganku."
"Gak lucu. garing banget sih jadi orang. jangan maksa deh." kataku dengan gaya bahasa yang agak sedikit tidak mengenankan. dan lagi-lagi kamu hanya tersenyum sambil mempererat genggamanmu.
Seharusnya, ada atau tidak adanya kamu di jalan ini, tidak akan berpengaruh bagiku! toh sebelum ada kamu, jalan ini begitu sangat membosankan bukan?
Tapi kenapa semua terasa..... aneh?
Kenapa jalan ini begitu sangat begitu......... sesak?
"Jujur deh sekarang." katamu spontan yang tiba-tiba berhenti melangkah. "Kita udah gak bisa lagi kayak gini." lanjutmu. Aku hanya terdiam melihatmu dengan ekspresi kaku. "Kita udah aja ya? Susah buat ngejalanin cerita kayak gini. ending pun kita gak mungkin satu." jelasmu.
Aku hanya bisa terdiam. atau lebih tepatnya berdiam diri, menunggu kata-kata selanjutnya keluar dari mulutmu. "Maaf." katamu dengan tatapan yang menanar.
Kecupan melayang di keningku. dan kamu pun bergegas berjalan pergi menjauh.
Lalu, kenapa? kamu mengambil sesuatu yang ku punya dan tak pernah ku sentuh, lalu kamu meninggalkannya? kamu tidak akan pernah tahu rasanya bukan? karena bukan hati mu yang ku curi. tapi hatiku.
Komentar
Posting Komentar