Benches in The Park
Kisahmu harimu ku tahu semua
Tanpa kau berucap aku selami
Gerakmu guraumu kemasan raga
Tanpa kau sadari aku selami
Cinta mungkin memang inilah cinta
Apa pun lagumu aku jiwai
Cinta mungkin memang inilah cinta
Tanpa kumiliki, rindu terasa
Bukan tak percaya diri
Karna aku tahu diri
Biarkanku memelukmu tanpa memelukmu
Mengangumimu dari jauh
Aku menjagamu tanpa menjagamu
Aku menyayangimu dari jauh
Tulus - Mengagumimu Dari Jauh
Kamu masih berkutat dengan buku itu, tenggelam dengan lautan kata-kata yang ada di dalamnya. Tanpa kamu sadari yang tak pernah aku sadari aku terus terdiam disini meniru gerakmu yang sedang membaca buku, sesekali aku melirik ke arahmu untuk memastikan apakah kamu masih di tempat yang sama?
"Suka fiksi juga?" satu pertanyaan retoris yang sepertinya memang tak perlu dijawab namun tetapku jawab dengan gugup. "Ya"
Kamu hanya tersenyum sambil mengacungkan buku yang kamu baca saat itu. sama seperti buku yang ku baca. Sebuah senyum reflek menghiasi wajahku saat itu.
Kacamatanya yang tebal tidak menghalangi rautan wajahnya yang tenang namun tetap terlihat tegas dengan garis-garis di wajahnya. Ekspresi setiap kamu membaca buku selalu aku sukai.
Suatu sore di taman kampus yang menjadi tempat andalanmu membaca habis semua novel fiksimu, kamu datang dengan membawa 2 cangkir kopi dari mini market sebelah gedung kampus. "Kopi kopi?" tawarmu yang tiba-tiba saja sudah ada di hadapanku mengulurkan secangkir kopi. "For me?" tanyaku ragu. kamu tersenyum dengan tatapan hangat "For you"
Langit kini berganti warna, warna birunya yang lembut kini tergantikan dengan warna jingga dengan garis-garis tipis berwarna oranye. sudah berapa banyak topik obrolan kita sore itu? hingga secangkir kopi pun habis tanpa disadari.
Lalu hingga sore-sore berikutnya seperti itu, terus seperti itu. Membelikan beberapa snack dan minuman secara bergilir walaupun kita tak pernah membahas ini, but it's like an unwritten rule.
Terkadang di suatu sore kita hanya membaca buku kesukaan kita tanpa saling membuka percakapan satu sama lain. Sampai pada akhirnya, aku tersadarkan sebuah langkah kaki mendekati kita dan tiba-tiba merangkulmu tanpa paksaan. Kamu menoleh ke arah seseorang yang merangkulmu, lalu tersenyum "Udah selesai?" tanyamu dengan lembut. Gadis itu mengangguk dengan senyuman.
Kamu membereskan barang-barangmu lalu bergegas pergi meninggalkan bangku taman. Sebuah senyum untuk mengatakan 'Aku pulang duluan ya. bye' dan aku membalas dengan senyumku yang sangat kaku.
Sore-sore setelah itu, tak ada lagi tawaran secangkir kopi atau sekotak tacos bell. Kamu duduk di posisi awalmu, bercanda gurau dengan gadis itu. Sesekali kamu tersenyum sambil mengacungkan buku yang sedang kamu baca. sama seperti apa yang sedang aku baca.
Sore-sore setelah itu, kamu tak lagi di bangku taman favoritmu. dan aku merasa terasa asing duduk di bangku taman ini.
Langit kini berganti warna, warna birunya yang lembut kini tergantikan dengan warna jingga dengan garis-garis tipis berwarna oranye. sudah berapa banyak topik obrolan kita sore itu? hingga secangkir kopi pun habis tanpa disadari.
Lalu hingga sore-sore berikutnya seperti itu, terus seperti itu. Membelikan beberapa snack dan minuman secara bergilir walaupun kita tak pernah membahas ini, but it's like an unwritten rule.
Terkadang di suatu sore kita hanya membaca buku kesukaan kita tanpa saling membuka percakapan satu sama lain. Sampai pada akhirnya, aku tersadarkan sebuah langkah kaki mendekati kita dan tiba-tiba merangkulmu tanpa paksaan. Kamu menoleh ke arah seseorang yang merangkulmu, lalu tersenyum "Udah selesai?" tanyamu dengan lembut. Gadis itu mengangguk dengan senyuman.
Kamu membereskan barang-barangmu lalu bergegas pergi meninggalkan bangku taman. Sebuah senyum untuk mengatakan 'Aku pulang duluan ya. bye' dan aku membalas dengan senyumku yang sangat kaku.
Sore-sore setelah itu, tak ada lagi tawaran secangkir kopi atau sekotak tacos bell. Kamu duduk di posisi awalmu, bercanda gurau dengan gadis itu. Sesekali kamu tersenyum sambil mengacungkan buku yang sedang kamu baca. sama seperti apa yang sedang aku baca.
Sore-sore setelah itu, kamu tak lagi di bangku taman favoritmu. dan aku merasa terasa asing duduk di bangku taman ini.
Cinta mungkin memang inilah cinta
Tanpa kumiliki, rindu terasa
Bukan tak percaya diri
Karna aku tahu diri
Ya, aku cukup tahu diri menempatkan posisiku sekarang. Mungkin memang cinta, namun aku tahu diri. Aku bukan siapa-siapa. Cukup melihatmu duduk di bangku taman dengan membaca buku itu sangat cukup membuatku senang, walau pun orang bilang "Kata cukup saja tidak cukup! jujur saja!"
Biarkanku memelukmu tanpa memelukmu
Mengangumimu dari jauh
Di seberang sana kamu sedang melakukan kegiatan rutinitas awalmu mengisi waktu senggang. membaca buku dengan ekspresi tenang namun tetap terlihat manis dan.... tampan.
Sesekali aku melirikmu untuk melihat ekspresi itu, dan saat itu pula aku tertangkap basah. Kamu menangkap padanganku yang sudah jelas-jelas langsung aku alihkan untuk melihat benda-benda di sekitarmu. Kamu tersenyum hangat ke arah posisiku berada, lalu mengangkat sedikit buku yang kamu baca. kembali ke posisi awal. Cukup mengangumimu dari jauh.
Komentar
Posting Komentar